--> Daily Wingga : Dunia | I like to find good things to share.
Showing posts with label Dunia. Show all posts
Showing posts with label Dunia. Show all posts

Thursday, May 31, 2018

Daftar Password Wifi Airport Di Seluruh Dunia

Daftar Password Wifi Airport Di Seluruh Dunia

A Map Of Wireless Passwords From Airports And Lounges Around The World

Buat yang sering jalan-jalan airport to airport dan pas mendarat butuh koneksi internet dan semua semua airport tidak semuanya menyediakan free WiFi. Dan canggihnya ada orang yang bikin daftar WiFi password di airport seluruh dunia dan kita juga bisa berkontribusi loh... 👍

A Map Of Wireless Passwords From Airports And Lounges Around The World

Tinggal klik bandara dimana Anda berada, contohnya saya akan memilih bandara Dubai International Airport dan hasilnya akan seperti ini:


Voilà! langsung muncul di deskripsi username dan juga password serta nama koneksi yang akan di sambungkan.

Yuk Berkontribusi Juga!



Wednesday, February 10, 2016

Gi, Heung, dan Jeong - Tiga Konsep sebagai Jantung Identitas Korea

Gi, Heung, dan Jeong - Tiga Konsep sebagai Jantung Identitas Korea

 Korea


Tiga konsep ini sederhana tapi sangat penting karena terkandung dalam berbagai wilayah, budaya, dan masyarakat Korea.

- Gi adalah semangat/energi. Gi mengalir tidak hanya melalui semua makhluk hidup, tetapi juga melalui tanah, air, dan udara. Jadi, Gi dapat dianggap sebagi semangat dan energi alam Korea.

- Heung adalah kenikmatan/keriangan/kegembiraan. Heung memancarkan semangat dan gairah dalam kehidupan sehari-hari. Rasa riang ini mengalir deras dalam kebudayaan Korea, dari tarian rakyat tradisional klasik sampai kesenian seperti K-pop.

- Jeong adalah kasih sayang/kehangatan/welas asih. Kehangatan khas yang menyentuh para pengunjung terhadap Korea dan sering mengarah pada persahabatan yang cukup erat. Jika Gi mencakup alam Korea dan Heung mencitrakan budaya Korea, Jeong menegaskan karakteristik masyarakat Korea.


 Korea


Alam Korea adalah gambaran dahsyatnya energi Gi, bagaikan sebuah biji yang menyimpan energi yang diperlukan untuk tumbuh menjadi pohon besar yang kuat. Empat musim yang dimiliki Korea, gunung yang menutupi 70% wilayahnya, dan laut yang mengelilingi empat sisinya menghasilkan Gi yang luar biasa. Korea tercatat sebagai harta karun sumber daya ekologi internasional, di antaranya sebagai situs Warisan Alam Dunia UNESCO (UNESCO World Natural Heritage), situs terdaftar dalam Konvensi Ramsar untuk Lahan Basah (Ramsar Convention on Wetland) dan Cagar Biosfer UNESCO (UNESCO Biosphere Reserves). Kunjungi dan nikmati musim yang segar dan hijau, musim panas yang luar biasa, musim gugur dengan dedaunan yang berwarna-warni, dan putihnya musim dingin di Korea.

  • Musim semi di kuil Yeongok
  • Musim panas di lahan basah UPO
  • Musim gugur di pulau Jeju
  • Musim dingin di gunung Seonun

 Korea


Bangsa Korea sarat dengan Gi. Budaya tradisionalnya yang sangat serasi dengan alam, juga mengandung Gi. Dari kecintaan terhadap alam, bangsa Korea membawa kecantikan alam ke semua unsur budaya mereka. Hanok rumah tradisional Korea adalah wujud penghargaan terhadap alam. Rumah ini dibangun dengan bahan alami, yaitu tanah, batu, kayu, dan kulit pohon murbei. Rumah ini memiliki prinsip bahwa lingkungan alam mempengaruhi takdir manusia. Hanok di rancang sesuai keindahan alam.


 Korea


Hidangan Korea bukan makanan cepat saji. Harus dimasak dengan pelan dan penuh perhatian. Makanan ini juga melambangkan filosofi eumyang ohaeng (yin, yang, dan lima eemen). Memadukan harmoni antara lima warna alam (biru, merah, kuning, putih, dan hitam) dan lima rasa (penglihatan, pendengaran, penciuman, pengeca, dan peraba). Sejaka dulu, bangsa Korea percaya bahwa makanan dan obat berasal dari akar yang sama. Filosofi ini dipakai dalam menikmati segarnya Gi dari alam.


 Korea


Heung adalah kegemberiaan. Korea erat hubungannya dengan Heung. Heung membentuk bangsa Korea, yang sangat bersemangat, dan di ungkapkan dalam banyak cara melalui budaya pertunjukan, drama TV, musik, lukisan, dan busana. Irama musik Korea yang dinamis mencerminkan gerakan yang sarat akan Heung, membawa anda ke suatu tempat dan mengisi hati anda dengan kegemberiaan.


 Korea


Jalan-jalan di Korea tetap ramai selama 24 jam. Di sini anda akan disuguhi galeri seni dengan tren terbaru, kafe, dan rumah makan. Wilayah belanja ini dikenal sebagai surga belanja. Sisi lain yang merupakan wujud Hallyu (Gelombang Korea) yang sangat dominan adalah kegilaan terhadap budaya pop Korea. Di Korea, anda akan mendapati sensasi yang lebih dalam seni pertunjukan dan drama yang menampilkan bintang-bintang muda berbakat Korea.


 Korea


Jeong artinya penuh perhatian dan kasih sayang. Sejak dulu bangsa Korea menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan membawa kebaikan kepada orang lain sebanyak mungkin. Inilah akar dari tradisi menghargai orang lain. Jeong ditampilkan dalam menyambut orang lain dengan senyum menawan dan menawarkan kehangatan kepada semua tamu yang datang. Di Korea anda akan mendapati sensasi kehangatan itu ^_^


Ayokkk berkunjung ke Korea.




Tuesday, February 24, 2015

Hipokrisi Media Barat terhadap #ChapelHillShooting

Hipokrisi Media Barat terhadap #ChapelHillShooting

Saudara kita

Kita tahu dunia ini memang tak adil ketika tiga mahasiswa muslim, Deah Shady Barakat, Yusor Mohammad Abu-Salha, dan Razan Mohammad Abu-Salha, ditembak mati di rumah mereka di Chapel Hill, North Carolina, Amerika Serikat, pada rabu petang 11 Februari 2015, tetapi seakan-akan media dan masyarakat dunia tak bereaksi serupa seperti ketika seorang Muslim menjadi pelaku pembunuhan di tempat lainnya.

Hampir tidak ada tindakan atau kecaman yang biasanya dilontarkan para (pemimpin) dunia, tidak ada tangis dan kesedihan berlebihan di media-media, dan nyaris tak ada kehebohan di Facebook atau Twitter. Tau nggak kasus penyaneraan Sydney banyak yang meratapi kasus tersebut dan saat itu juga dunia ramai-ramai menjadikan tagar #JeSuisCharlie bergumam di beberapa media social untuk tragedi penembakan di kantor redaksi sebuah majalah satir di Paris bulan Januari lalu.

Memang aneh dan tak masuk akal media-media dan pemimpin dunia seolah tak bereaksi apa-apa karena kali ini yang menjadi korban adalah tiga mahasiswa Muslim. Barangkali, dunia merasa tak perlu melihat kejadian ini sebagai ‘hate crime’ yang dilandasi motif agama karena pelakunya kebetulan tidak beragama Islam. Media-media di Amerika Serikat lebih memilih untuk mengatakan bahwa peristiwa tersebut hanya pembunuhan biasa (?) yang dilakukan seorang ateis berusia 46 tahun, Craig Stephen Hicks, sebagaimana pernyataan kepolisian Chapel Hill, “Ini kejahatan biasa… yang dilatarbelakangi oleh perselisihan antar-tetangga mengenai tempat parkir!”

What!! Benarkah ini kejahatan biasa yang dilandasi cekcok cuman soal tempat parkir? Agaknya bukan kebetulan jika Deah, mahasiswa kedokteran gigi tahun kedua di University of North Carolina, adalah seorang aktivis yang terlibat dalam beberapa program penggalangan dana untuk Palestina. Dua bulan sebelum tragedi tersebut, ia memutuskan untuk menikahi Yusor dan kemudian tinggal bersama adik kandung istrinya, Razan, di sebuah kompleks kampus di Chapel Hill. Tentu bukan kebetulan jika tetangga mereka, Craig Hicks, yang pada akhirnya membunuh mereka bertiga, kerap kali dengan sengaja menyindir dan menyerang mereka secara verbal. “Deah dan Yusor sering bercerita bahwa mereka merasa tidak nyaman dengan tindakan tetangganya itu,” ujar Ayah Yusor, Dr. Mohammad Abu-Sahla, “Tetapi mereka tak pernah mengetahui bahwa dia akan bertindak sejauh ini.”

Kita segera merasa bahwa peristiwa ini bisa saja dilatarbelakangi isu agama, bahwa ia mungkin termasuk kejahatan yang dilandasi kebencian pada agama tertentu, bahwa bukan kebetulan belaka jika yang menjadi korban adalah tiga Mahasiswa muslim yang sedang beristirahat dengan tenang di rumah mereka… Tetapi entah mengapa media Amerika Serikat lebih cenderung untuk memilih sudut pandang yang lain: “Ini kejahatan biasa,” katanya, “Dilakukan seorang ateis yang bertindak di luar kewarasannya.” Seolah tak ingin disalahkan, mereka tetap membuat pembelaan juga: “Bisa jadi ini memang dilatarbelakangi kebencian pada agama tertentu, tetapi polisi masih menyelidiki motif sesungguhnya.”

Apa bedanya dengan kasus Charlie Hebdo dan Sydney Siege, juga kasus-kasus lainnya ketika Muslim menjadi pelaku pembunuhan atau penyerangan? Rasanya mudah saja menjawabnya: Media-media seolah buru-buru menyimpulkan bahwa kejadian tersebut dilatarbelakangi ajaran Islam yang katanya memang mengajarkan kebencian dan kekerasan—seraya terus-menerus menarik-narik kasus tersebut pada isu terrorisme, negara Islam, dan lainnya.

Sampai di sini, kita tahu dunia ini tak adil dalam melihat dan memperlakukan Islam. Kita tahu Islam akan dengan mudah dihujat dan disudutkan setiap kali terjadi peristiwa yang melibatkan pemeluk agama ini sebagai pelakunya. Kita juga tahu media Barat, juga kebanyakan masayarakt dunia, akan bungkam dan tenang-tenang saja ketika justru Muslim yang menjadi korban dalam sebuah tragedi berdarah. Tetapi kita tidak tahu, mengapa kita tak bisa melawan? Bisakah kita melawan dan menghentikan ketidakadilan ini?

Hari ini, kita telah kehilangan tiga orang saudara Muslim yang disebut oleh Shafi Khan, pendiri komunitas Muslim di Virgina, sebagai “Tiga teman terbaik dari orang-orang terbaik yang bisa Anda kenal”. Dunia tidak bereaksi apa-apa. Media seolah bungkam. Media sosial yang kerap dijadikan tempat untuk menunjukkan simpati dan solidaritas juga sepi-sepi saja.

Selain mendoakan kepergian mereka, barangkali ini juga saatnya bagi umat Muslim untuk bereaksi: Menunjukkan pada dunia bahwa seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya di manapun mereka berada, bahwa kematian Deah, Yusor, dan Razan adalah kehilangan besar yang melukai hati kita semua, bahwa kita mengutuk hipokrisi media dan sinisme mereka terhadap Islam, bahwa kita tak akan bungkam dan tinggal diam!




#ChapelHillShooting #MuslimLivesMatter #MediaHypocrisy